Jumat, 28 Mei 2010

Jerawat oh.. jerawat…


Kau yang mulai.. kau yang mengakhiri... :)
Siapa bilang jerawat menyebabkan susah si empunya??! Para ABG yang baru mengenal jerawat bangga lho kalau dapat jerawat. Bahkan ada yang cemas, khawatir dan berharap muncul jerawat di wajahnya. Paling tidak ada dua alasan. Pertama, mereka merasa sudah mulai dewasa dan dinikmati, lihat saja mereka asyik bercermin hanya untuk melihat perkembangan jerawatnya!. Kedua, pembuktian pada teman-teman, mereka yang dapat jerawat kadang malah dipamerkan pada teman-temannya. 
Nah, kalau jerawatnya bermunculan tak teratur, berlebihan, terlalu sering, dan mengganggu penampilan akan menjadi masalah. Jika sudah sampai tahap ini, berbagai macam penawar dicari bahkan tidak segan-segan mencoba beberapa rekomendasi orang-orang sekitar yang belum tentu cocok dengan kulitnya. Ini yang perlu disadari dan dicermati. Jangan asal memakai obat hanya karena si A atau si X pernah memakai dan berhasil. Coba lihat dulu faktor penyebabnya.
Dari laman Genius Beauty, sejumlah pakar asal Norwegia meneliti wanita usia 18 hingga 19 tahun yang memiliki gangguan jerawat. Mereka menemukan bahwa mayoritas mengalami masalah psikologis. Cemas dan depresi dapat memperburuk kondisi kulit.
Diane Berson, MD, anggota American Women’s Dermatologic Society pun menjelaskan, faktor-faktor yang bisa mempengaruhi timbulnya jerawat :
Perubahan Hormon
Efek yang sama yaitu produksi minyak penymbat pori-pori juga dihasilkan saat terjadi perubahan hormon. Sebagian cewek mengeluh timbul banyak jerawat karena akan menstruasi atau siklus menstruasi yang tidak teratur.
Menjaga Diet
Diet sih diet tapi bukan berarti mengurangi asupan gizi ya. Jangan pernah meninggalkan minum air putih yang cukup, sayuran dan buah yang memadai. Diet golongan darah cukup efektif membantu menjauhkan dari radang kulit.
Kosmetika
Hati-hati memilih kosmetik, bukan untuk cewek saja, cowok pun perlu memperhatikan. Cobalah tidak malas mencari info mengenai produk kosmetik yang Anda inginkan, tanyakan pada orang-orang netral, artinya bukan penjual produk tersebut atau pesaing perusahaan tersebut, baca literature mengenai cara melakukan ujicoba pada kosmetik, Tanya langsung pada ahli kecantikan atau orang-orang yang paham dengan kosmetik. ‘Kok rumit sih??’. Mau pilih mana? Kulit kita merana atau kecantikan/kemulusan kulit terjaga ?
Sumber:
VIVAnews

Selasa, 11 Mei 2010

Pikun, siapa mau??!


Hanya takut pikun saja, sudah cukupkah?
Ditulis oleh: Isti RDM

Anda pikir, anda masih muda dan anda jauh dari pikun? Anda pikir, orang tua Anda lebih pikun dari Anda? Kalau ternyata Anda masih berpikir seperti itu sebaiknya perlu berhati-hati mulai sekarang.

Pikun atau bahasa medisnya demensia adalah penyakit yang pusat persoalannya berada di otak. Menurut Dr. Sukono Djojoatmodjo, Sp.S, pikun disebabkan oleh kerusakan sel-sel otak. Akibatnya terjadi penurunan daya ingat. Kondisi ini bisa berlangsung cepat atau lambat, tergantung pada kerusakannya.

Ada dua macam demensia, yang bisa diperbaiki (reversible) dan yang sulit diobati (irreversible). Demensia yang bisa diperbaiki disebabkan oleh antara lain terlalu banyak mengonsumsi alkohol, infeksi virus, bakteri atau jamur di otak, perdarahan di bawah selaput keras otak (subdural hematoma), penimbunan cairan dalam ventrikel otak (normal pressure hydrocephalus), dan kurangnya aktivitas kelenjar gondok (hypothyroidsm).

Demensia yang tidak bisa diperbaiki biasanya terjadi akibat penyakit Alzheimer, demensia yang ditandai oleh rusaknya beberapa organ termasuk otak (multi-infark dementia) semisal stroke, dan lewy body dementia.

Penjelasan Dr.  Sukono Djojoatmodjo, Sp.S, spesialis saraf dari RS Mitra Internasional, Jatinegara, Jakarta ini cukup memberikan gambaran mengenai penyakit demensia.

Dengan demikian, bisa diartikan bahwa pikun bukanlah untuk orang-orang lanjut usia  semata.Bisa jadi, usia belum begitu tua tapi sudah mengalami gejala-gejalanya. Salah satu penyebab terjadinya penurunan kualitas intelektualitas itu dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingginya tingkat polusi di perkotaan, banyaknya bahan pengawet yang dikonsumsi atau proses memasak yang tidak higienis, Marilah melihat beberapa hal berikut ini.