Kamis, 29 April 2010

Ini bagian ke-3 dari tulisan saya yang berjudul "My loundry class my inspiration". mudah-mudahan tulisan yang tidak seberapa bagus ini dapat menyumbang kekayaan dunia pendidikan.

April 24, 2010.. unforgettable moment.

My laundry class, my inspiration!! (3)

Oleh Isti RDM

Sore yang sedikit mendung sewaktu saya mendengar kabar dari sekolah.. eit..eit tapi jangan buru-buru menyangka adanya kalau saya menghubung-hubungkan kejadian dan cuaca saat itu sebagai firasat ya.., bukan! Memang cuaca akhir-akhir ini seperti itu. Begitu mendengar beritanya, saya waktu itu langsung membayangkan suasana di kelas yang meriah, saling uji keterampilan, dan saling beradu argument .


Kalau di My laundry class, my inspiration!! (2) saya menyertakan tiga poin yang sebaiknya dipahami siswa, sebenarnya itu juga ditujukan pada saya sendiri. Seolah saya mengikuti kuliah lagi, maka menghadapi keunikan mereka sama dengan membuka buku kuliah. saya berarti harus banyak membaca, memahami dan mempraktekkan serta bertemu dengan para dosen.

Ini dia salah satu ucapan "dosen" saya. “Menghadapi perilaku seperti ini tidak boleh secara frontal dan emosional” begitu kata sahabat saya “mesti ada trik yang menarik dan pembawaan emosi yang stabil”. Nah, seperti biasa, otak saya langsung membuat sederet pertanyaan.. eh.. tepatnya sederet kalimat yang siap menolak pernyataan tadi. Bagaimana tidak. Betapa super aktif, super “kreatif”(sorry to say…), super unik, masa harus sabar dan tenang??????”. Well, It takes time to understand.

Saya lihat ada banyak kebenaran dari pernyataan "dosen" saya. langkah saya adalah mencari beberapa referensi untuk menemukan ramuan yang tepat agar interaksi dengan mereka lebih berkualitas. Masa pendidikan yang belum berakhir.. karena setiap hari pasti ada mata kuliah baru, kasus up to date, jam kuliah yang sedikit..he..he.. dan barangkali saya harus menemukan 'dosen-dosen" pendidikan dan dosen kehidupan yang akan membekali banyak hal. Mungkin ada yang berbaik hati untuk sharing?


Sejumlah siswa ternyata harus dihadapi dengan "spesial". Sepanjang pengetahuan saya bahwa jika siswa diberitahu dan secara lisan menjawab ok, maka ok pula hati dan niatnya. Ternyata tidak teman-teman. Tidak semuanya bahkan secara terang-terangan meminta kemalasan dan kenakalannya tidak disampaikan pada ortu. Takut kalau dimarahi dan tidak dapat uang saku (tentunya). Oh, God! Ternyata tidak semudah itu memberikan pengertian dan penjelasan pada siswa.
NB:
Suatu saat saya ingin menulis tentang tingkah laku unik mereka.

Ya, sama seperti kehidupan lainnya ya. pada waktu kita berjalan atau mengendarai motor/mobil/sepeda atau jenis transportasi lainnya, kita tidak akan terlepas dari mata yang waspada dan otak yang berpikir. Setiap jalan pasti ada yang lurus, suatu saat ketemu dengan polisi tidur, tikungan, pertigaa, perempatan, perlimaan, terus juga terkadang perlu berhenti karena traffic light-nya atau berhenti karena mampir ke warung dulu. dan sebagainya.

Pemahaman “perlunya ketegasan bukan kemarahan atau kebencian” ternyata perlu juga. Mereka sedang dalam masa labil ya bisa jadi karena keingintahuannya yang tinggi, keegoisannya, rasa bahwa mereka sudah dewasa dan berpendapat bahwa pilihannya sudah tepat. Memberikan gambaran, pengertian dan pemahaman terhadap sesuatu yang belum mereka alami di masa dewasa kelak adalah bukan hal mudah, meskipun bukan berarti sulit dilakukan. Pengertian bahwa tidak setiap kesalahan akan hilang dengan meminta maaf, merokok itu tidak baik, berbuat onar itu tidak manfaat, kompak dengan ketidakbaikan itu tidak benar dan penegrtian bahwa tidak ada kesuksesan yang serta merta datang tanpa usaha dan doa.

Pengarahan yang elegan. Tanpa bentakan, tanpa adu fisik, tanpa nada tinggi. Ini idealnya ya. Duuh.. banyak sekali syaratnya. Bisa tidak ya?.. Hei..hei. ayo semangat lagi!! "Memarahi tapi dengan memberikan wawasan/pengetahuan sekaligus meningkatkan motivasi mereka", itu kata "dosen" saya yang lain. Membiarkan kelas tenang terlebih dahulu (memang butuh waktu) tapi ternyata cukup ampuh untuk memulai pembicaraan. Mereka mendengarkan, mereka memahami. Meskipun bukan berarti mau melaksanakan dan bahkan manisnya hanya bersifat sementara. Anggaplah ini adalah proses pendewasaan mereka.. dan saya. Mencoba mengerti bahwa ketidakpatuhan mereka karena ketidaktahuannya. Tidak tau bagaimana menghadapi kemungkinan yang akan terjadi, tidak tau apa manfaatnya berjuang mulai sekarang. bahkan mereka tidak tau bahwa dengan menjadi orang cerdas akan membawa mereka pada kenyamanan hidup dan menjauhkan mereka dari jobless dan perilaku semena-mena dari orang lain. mungkin juga mereka tidak bisa membayangkan bagaimana enaknya pensiun dini! masih muda sudah tidak mencari pekerjaan, dapat travelling kemana pun mereka suka tanpa memikirkan kehabisan uang bukan karena warisan tapi mesin uang yang dibangun berjalan dngan baik.



Sampai jumpa di topik lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar